Sabtu, 13 Oktober 2012

CERPEN MENARIK LHO>>>


Mutiara dari Sampah

Senin siang, Adan, Aidin dan Adnan, pulang sekolah bersama. Mereka pulang melalui jalan yang seperti biasa mereka lewati, yaitu jalan pintas lewat Kebun. Saat perjalanan pulang, mereka melihat ada seorang anak yang memunguti sampah dari dedaunan dan plastik-plastik. “Hey, lihat, ada anak perempuan di sana!” seru Adan. “Wah, iya, kira-kira dia sedang apa ya?” jawab Adnan. “Yah kamu, jelas-jelas dia sedang memunguti sampah,” seru Aidan. “Sudah, sudah, mendingan kita samperin yuk!” ajak Adan. “Ok, Bro!” jawab Aidan dan Adnan serentak.
Tanpa menunggu lama,  mereka menghampiri anak perempuan itu. Ternyata, itu adalah teman mereka yang bernama Hafira. “Oh, ternyata kamu Fir, kirain siapa tadi,” ucap Adan, Aidan dan Adnan serentak. “Eh kalian, ada apa?” tanya Hafira. “Enggak, kami cuma penasaran, kamu lagi apa sih, kok pulang sekolah mungutin sampah?” tanya Adan. “Oh, aku mungutin sampah ini untuk aku daur ulang kembali menjadi barang yang lebih berguna,” jawab Hafira. “Memangnya, bisa dibuat apa aja?” tanya Adnan. “Banyak, seperti, sampah dedaunan ini, untuk pupuk, sampah plastik untuk membuat hiasan seperti mutiara,” jelas Hafira. “Ha, mutiara?!!!” seru mereka bertiga serentak keheranan. “Iya, mutiara, emang kalian belum pernah denger ya, kalau sampah bisa dijadikan mutiara?” tanya Hafira. Mereka bertiga menggelengkan kepala. “Oh gitu to, ya udah, besok kalian datang aja ke rumahku, nanti aku kasih tau caranya bagaimana membuat mutira dari sampah itu,” ucap Hafira. “Ok, sampai jumpa besok Hafira, da!” seru mereka bertiga serentak sambil berjalan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, mereka berangkat sekolah. Sepulang sekolah, mereka pergi ke rumah Hafira untuk melihat bagaimana cara pengolahan sampah menjadi mutiara. “Asssalamu’alaikum,” ucap mereka bertiga sebelum masuk ke rumah. “Wa’alaikum salam, eh kalian, mari masuk,” jawab Hafira mempersilahkan masuk. “Ngomong-ngomong, rumah kamu kok sepi Fir?” tanya  Adnan. “Iya, Bapak Ibu sedang pergi kondangan ke rumah saudara,” jawab Hafira. “Jadi kamu sendirian, Fir?” tanya Adnan kembali. “Enggak, kan ada kalian disini,” jawab Hafira. “Ah kamu Fir, bisa aja,” ucap Adnan. “Ya sudah, sekarang, mau minum dulu,  atau lihat prosesnya dulu?” tanya Hafira. “Langsung!” seru Adnan, Aidan dan Adan serentak. “Ok, let’s go!” ajak Hafira.
Tanpa membuang-buang waktu, mereka berempat langsung menuju halaman belakang untuk melihat bagaimana proses pembuatan mutiara dari sampah. “Ini dia tempatnya, dan disana ada contoh-contoh mutiara yang sudah jadi,” seru Hafira memberi tahu. “Oh, dadi koyo kye to, mutiarane,” ucap Adan. “Wah, bentuknya bagus buanget Fir,” seru Aidan terkagum kagum. “Teman-teman, kemari!” ajak Hafira. “Pertama-tama, siapkan beberapa jenis   sampah plastik dan dedaunan, ini digunakan untuk membentuk bagian luar dari mutiara itu,” jelas Hafira. “Kalau plastik diganti dengan kertas, bisa atau tidak?” tanya Aidan.  “Tentu saja bisa, namun, kalau menggunakan plastik, lebih elastis dan mudah dibentuk,” jelas Hafira kembali. “Nah, sekarang, tinggal kita bentuk untuk membuat kerangkanya, lebih mudah dibentuk bulat, lalu, setelah terbentuk, kemudian kita masukkan didalamnya daun-daunan tadi, setelah itu, bagian luarnya kita tempelkan hiasan dengan motif daun-daunan tadi, lalu kemudian jemur di atas sinar matahari, dan jadi deh, mutiara sederhana kita,” jelas Hafira kembali. “Wah, ternyata mudah ya, membuat mutiara dari sampah itu,” seru Adan. “Eh, iya, aku hampir lupa, daun daun dan sampah yang lain harus dicuci terlebih dahulu agar bersih, dan juga supaya hasilnya lebih bagus,” jelas Hafira. “Oh, gitu ya,” seru mereka bertiga serentak. “Sekarang, apakah kalian mau coba?” tanya  Hafira. “ Mau Fir, tapi kami akan mencobanya di rumah, dan kami terima kasih banget nih, karena kamu udah mau ngajarin kita cara mengolah sampah menjadi barang yang berguna,” ucap Adnan. “Iya, sama-sama.” Jawab Hafira. “Kami pamit dulu ya Fir?” ucap mereka bertiga serentak. “Eh, nggak minum dulu?” tanya Hafira. “Nggak, makasih,” jawab mereka bertiga serentak. “Assalamu’alaikum,” mereka bertiga mengucap salam. “Wa’alaikumsalam,” Hafira menjawab salam mereka.
Adnan, Aidan dan Adan langsung pulang. Saat dalam perjalanan, mereka bertiga merenung akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan barang-barang yang kelihatannya tidak berguna, namun mempunyai manfaat jika didaur ulang kembali. Manfaat itu pun dapat menunjang perekomomian masyarakat kalangan rendah atau siapapun yang mampu berkreatifitas sebaik mungkin.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar