Mutiara dari Sampah
Senin siang, Adan, Aidin dan
Adnan, pulang sekolah bersama. Mereka pulang melalui jalan yang seperti biasa
mereka lewati, yaitu jalan pintas lewat Kebun. Saat perjalanan pulang, mereka
melihat ada seorang anak yang memunguti sampah dari dedaunan dan
plastik-plastik. “Hey, lihat, ada anak perempuan di sana!” seru Adan. “Wah,
iya, kira-kira dia sedang apa ya?” jawab Adnan. “Yah kamu, jelas-jelas dia
sedang memunguti sampah,” seru Aidan. “Sudah, sudah, mendingan kita samperin
yuk!” ajak Adan. “Ok, Bro!” jawab Aidan dan Adnan serentak.
Tanpa menunggu lama, mereka menghampiri anak perempuan itu.
Ternyata, itu adalah teman mereka yang bernama Hafira. “Oh, ternyata kamu Fir,
kirain siapa tadi,” ucap Adan, Aidan dan Adnan serentak. “Eh kalian, ada apa?” tanya
Hafira. “Enggak, kami cuma penasaran, kamu lagi apa sih, kok pulang sekolah
mungutin sampah?” tanya Adan. “Oh, aku mungutin sampah ini untuk aku daur ulang
kembali menjadi barang yang lebih berguna,” jawab Hafira. “Memangnya, bisa
dibuat apa aja?” tanya Adnan. “Banyak, seperti, sampah dedaunan ini, untuk
pupuk, sampah plastik untuk membuat hiasan seperti mutiara,” jelas Hafira. “Ha,
mutiara?!!!” seru mereka bertiga serentak keheranan. “Iya, mutiara, emang
kalian belum pernah denger ya, kalau sampah bisa dijadikan mutiara?” tanya
Hafira. Mereka bertiga menggelengkan kepala. “Oh gitu to, ya udah, besok kalian
datang aja ke rumahku, nanti aku kasih tau caranya bagaimana membuat mutira
dari sampah itu,” ucap Hafira. “Ok, sampai jumpa besok Hafira, da!” seru mereka
bertiga serentak sambil berjalan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, mereka berangkat
sekolah. Sepulang sekolah, mereka pergi ke rumah Hafira untuk melihat bagaimana
cara pengolahan sampah menjadi mutiara. “Asssalamu’alaikum,” ucap mereka
bertiga sebelum masuk ke rumah. “Wa’alaikum salam, eh kalian, mari masuk,”
jawab Hafira mempersilahkan masuk. “Ngomong-ngomong, rumah kamu kok sepi Fir?”
tanya Adnan. “Iya, Bapak Ibu sedang
pergi kondangan ke rumah saudara,” jawab Hafira. “Jadi kamu sendirian, Fir?”
tanya Adnan kembali. “Enggak, kan ada kalian disini,” jawab Hafira. “Ah kamu
Fir, bisa aja,” ucap Adnan. “Ya sudah, sekarang, mau minum dulu, atau lihat prosesnya dulu?” tanya Hafira.
“Langsung!” seru Adnan, Aidan dan Adan serentak. “Ok, let’s go!” ajak Hafira.
Tanpa membuang-buang waktu, mereka
berempat langsung menuju halaman belakang untuk melihat bagaimana proses
pembuatan mutiara dari sampah. “Ini dia tempatnya, dan disana ada contoh-contoh
mutiara yang sudah jadi,” seru Hafira memberi tahu. “Oh, dadi koyo kye to, mutiarane,” ucap Adan. “Wah, bentuknya bagus buanget
Fir,” seru Aidan terkagum kagum. “Teman-teman, kemari!” ajak Hafira.
“Pertama-tama, siapkan beberapa jenis
sampah plastik dan dedaunan, ini digunakan untuk membentuk bagian luar
dari mutiara itu,” jelas Hafira. “Kalau plastik diganti dengan kertas, bisa
atau tidak?” tanya Aidan. “Tentu saja
bisa, namun, kalau menggunakan plastik, lebih elastis dan mudah dibentuk,”
jelas Hafira kembali. “Nah, sekarang, tinggal kita bentuk untuk membuat
kerangkanya, lebih mudah dibentuk bulat, lalu, setelah terbentuk, kemudian kita
masukkan didalamnya daun-daunan tadi, setelah itu, bagian luarnya kita
tempelkan hiasan dengan motif daun-daunan tadi, lalu kemudian jemur di atas
sinar matahari, dan jadi deh, mutiara sederhana kita,” jelas Hafira kembali.
“Wah, ternyata mudah ya, membuat mutiara dari sampah itu,” seru Adan. “Eh, iya,
aku hampir lupa, daun daun dan sampah yang lain harus dicuci terlebih dahulu
agar bersih, dan juga supaya hasilnya lebih bagus,” jelas Hafira. “Oh, gitu
ya,” seru mereka bertiga serentak. “Sekarang, apakah kalian mau coba?”
tanya Hafira. “ Mau Fir, tapi kami akan
mencobanya di rumah, dan kami terima kasih banget nih, karena kamu udah mau
ngajarin kita cara mengolah sampah menjadi barang yang berguna,” ucap Adnan.
“Iya, sama-sama.” Jawab Hafira. “Kami pamit dulu ya Fir?” ucap mereka bertiga
serentak. “Eh, nggak minum dulu?” tanya Hafira. “Nggak, makasih,” jawab mereka
bertiga serentak. “Assalamu’alaikum,” mereka bertiga mengucap salam.
“Wa’alaikumsalam,” Hafira menjawab salam mereka.
Adnan, Aidan dan Adan langsung
pulang. Saat dalam perjalanan, mereka bertiga merenung akan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan dan memanfaatkan barang-barang yang kelihatannya tidak
berguna, namun mempunyai manfaat jika didaur ulang kembali. Manfaat itu pun
dapat menunjang perekomomian masyarakat kalangan rendah atau siapapun yang
mampu berkreatifitas sebaik mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar