Sabtu, 27 Oktober 2012

Picture of Ladies and Gentleman from dusun II desa Dagan, kec. Bobotsari, kab. Purbalingga, central Java,
I like it.....This is event for celebrating Idul fitri, (sillaturrahim kalih rencang, lan sederek muslim muslimah)

Sabtu, 13 Oktober 2012

CERPEN MENARIK LHO>>>


Mutiara dari Sampah

Senin siang, Adan, Aidin dan Adnan, pulang sekolah bersama. Mereka pulang melalui jalan yang seperti biasa mereka lewati, yaitu jalan pintas lewat Kebun. Saat perjalanan pulang, mereka melihat ada seorang anak yang memunguti sampah dari dedaunan dan plastik-plastik. “Hey, lihat, ada anak perempuan di sana!” seru Adan. “Wah, iya, kira-kira dia sedang apa ya?” jawab Adnan. “Yah kamu, jelas-jelas dia sedang memunguti sampah,” seru Aidan. “Sudah, sudah, mendingan kita samperin yuk!” ajak Adan. “Ok, Bro!” jawab Aidan dan Adnan serentak.
Tanpa menunggu lama,  mereka menghampiri anak perempuan itu. Ternyata, itu adalah teman mereka yang bernama Hafira. “Oh, ternyata kamu Fir, kirain siapa tadi,” ucap Adan, Aidan dan Adnan serentak. “Eh kalian, ada apa?” tanya Hafira. “Enggak, kami cuma penasaran, kamu lagi apa sih, kok pulang sekolah mungutin sampah?” tanya Adan. “Oh, aku mungutin sampah ini untuk aku daur ulang kembali menjadi barang yang lebih berguna,” jawab Hafira. “Memangnya, bisa dibuat apa aja?” tanya Adnan. “Banyak, seperti, sampah dedaunan ini, untuk pupuk, sampah plastik untuk membuat hiasan seperti mutiara,” jelas Hafira. “Ha, mutiara?!!!” seru mereka bertiga serentak keheranan. “Iya, mutiara, emang kalian belum pernah denger ya, kalau sampah bisa dijadikan mutiara?” tanya Hafira. Mereka bertiga menggelengkan kepala. “Oh gitu to, ya udah, besok kalian datang aja ke rumahku, nanti aku kasih tau caranya bagaimana membuat mutira dari sampah itu,” ucap Hafira. “Ok, sampai jumpa besok Hafira, da!” seru mereka bertiga serentak sambil berjalan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, mereka berangkat sekolah. Sepulang sekolah, mereka pergi ke rumah Hafira untuk melihat bagaimana cara pengolahan sampah menjadi mutiara. “Asssalamu’alaikum,” ucap mereka bertiga sebelum masuk ke rumah. “Wa’alaikum salam, eh kalian, mari masuk,” jawab Hafira mempersilahkan masuk. “Ngomong-ngomong, rumah kamu kok sepi Fir?” tanya  Adnan. “Iya, Bapak Ibu sedang pergi kondangan ke rumah saudara,” jawab Hafira. “Jadi kamu sendirian, Fir?” tanya Adnan kembali. “Enggak, kan ada kalian disini,” jawab Hafira. “Ah kamu Fir, bisa aja,” ucap Adnan. “Ya sudah, sekarang, mau minum dulu,  atau lihat prosesnya dulu?” tanya Hafira. “Langsung!” seru Adnan, Aidan dan Adan serentak. “Ok, let’s go!” ajak Hafira.
Tanpa membuang-buang waktu, mereka berempat langsung menuju halaman belakang untuk melihat bagaimana proses pembuatan mutiara dari sampah. “Ini dia tempatnya, dan disana ada contoh-contoh mutiara yang sudah jadi,” seru Hafira memberi tahu. “Oh, dadi koyo kye to, mutiarane,” ucap Adan. “Wah, bentuknya bagus buanget Fir,” seru Aidan terkagum kagum. “Teman-teman, kemari!” ajak Hafira. “Pertama-tama, siapkan beberapa jenis   sampah plastik dan dedaunan, ini digunakan untuk membentuk bagian luar dari mutiara itu,” jelas Hafira. “Kalau plastik diganti dengan kertas, bisa atau tidak?” tanya Aidan.  “Tentu saja bisa, namun, kalau menggunakan plastik, lebih elastis dan mudah dibentuk,” jelas Hafira kembali. “Nah, sekarang, tinggal kita bentuk untuk membuat kerangkanya, lebih mudah dibentuk bulat, lalu, setelah terbentuk, kemudian kita masukkan didalamnya daun-daunan tadi, setelah itu, bagian luarnya kita tempelkan hiasan dengan motif daun-daunan tadi, lalu kemudian jemur di atas sinar matahari, dan jadi deh, mutiara sederhana kita,” jelas Hafira kembali. “Wah, ternyata mudah ya, membuat mutiara dari sampah itu,” seru Adan. “Eh, iya, aku hampir lupa, daun daun dan sampah yang lain harus dicuci terlebih dahulu agar bersih, dan juga supaya hasilnya lebih bagus,” jelas Hafira. “Oh, gitu ya,” seru mereka bertiga serentak. “Sekarang, apakah kalian mau coba?” tanya  Hafira. “ Mau Fir, tapi kami akan mencobanya di rumah, dan kami terima kasih banget nih, karena kamu udah mau ngajarin kita cara mengolah sampah menjadi barang yang berguna,” ucap Adnan. “Iya, sama-sama.” Jawab Hafira. “Kami pamit dulu ya Fir?” ucap mereka bertiga serentak. “Eh, nggak minum dulu?” tanya Hafira. “Nggak, makasih,” jawab mereka bertiga serentak. “Assalamu’alaikum,” mereka bertiga mengucap salam. “Wa’alaikumsalam,” Hafira menjawab salam mereka.
Adnan, Aidan dan Adan langsung pulang. Saat dalam perjalanan, mereka bertiga merenung akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan memanfaatkan barang-barang yang kelihatannya tidak berguna, namun mempunyai manfaat jika didaur ulang kembali. Manfaat itu pun dapat menunjang perekomomian masyarakat kalangan rendah atau siapapun yang mampu berkreatifitas sebaik mungkin.
  

CERPENKU 1


3 Sahabat

      Dwi, Ade, dan Aldi adalah tiga sahabat yang selalu bersama sejak kecil. Mereka bertiga sangat akrab bagaikan saudara dari lahir. Masing-masing dari mereka mempunyai hoby dan ketrampilan yang berbeda-beda. Dwi suka melukis dan main musik, sedangkan Ade dan Aldi suka main basket dan sepakbola. Walaupun begitu, mereka bertiga tidak membeda-bedakan satu sama lain.
       Suatu hari, sepulang sekolah, mereka bertiga bermain di rumah pohon yang mereka buat. Rumah pohon itu mereka buat sewaktu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Sampai mereka SMP, rumah pohon itu masih berdiri kokoh. Di rumah pohon, mereka biasanya membuat sesuatu yang lain daripada yang  lain, dan hari ini pun mereka berencana untuk membuat yang baru kembali.  “Hari ini, kita mau buat apa?” tanya Dwi kepada Ade dan Aldi. “Buat sesuatu yang baru, gabungan dari keterampilan kita,” jawab Ade. “Maksudmu bagaimana De?” tanya Aldi heran. “Maksudku, kita kan punya keterampilan masing-masing, misalnya aku kan bisa main Basket, kamu Dwi, bisa main musik dan melukis, dan kamu Di, bisa sepakbola, nah, kita  gabungkan sesuatu yang baru itu ke dalam sebuah karya animasi film,” jelas Ade. “Terus, bagaimana caranya kita buat film itu?” tanya Aldi kembali. “Caranya, kita buat gambar animasinya dulu, kemudian, kita tambahkan unsur music di dalamnya, bagaimana?” tanya Ade. “Iya, aku setuju, tapi, nanti yang buat ceritanya siapa?” jawab Dwi berbalik tanya. “Yang buat ceritanya itu aku sama Aldi,” jawab Ade. “Loh, kok aku sih, aku kan ngga bisa buat cerita?!” ucap Aldi terkaget-kaget. “Maksudnya, cerita itu kita ambil dari kehidupan kita sebagai pesepak bola dan pemain basket, paham?” jawab Ade berbalik tanya. “Oh, begitu to, iya, aku paham,” jawab Aldi. “Ya sudah, ini sudah sore, sekarang waktunya pulang, nanti aku buat beberapa contoh gambarnya, dan besok aku tunjukkan pada kalian,” ucap Dwi. “Ok, baiklah, sampai jumpa besok,” seru Ade kepada Dwi dan Aldi. Mereka bertiga pun pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.
      Keesokan harinya, sepulang sekolah, mereka bertiga berkumpul kembali di Rumah pohon. “Hey, teman-teman, maaf aku terlambat, karena tadi sewaktu di perjalanan aku lupa membawa gambar, jadi aku kembali ke rumah, dan langsung kesini deh,” ucap Dwi. “Sudah, tidak apa-apa, coba lihat gambarnya,” jawab Ade sambil meminta gambar. “Ini, bagus tidak?” tanya Dwi. “Bagus, bagus, kamu memang pandai melukis, kawan,” jawab Ade. “Ah, kamu De, bisa aja,” ucap Dwi dengan nada malu-malu. “Eh, ini, foto-foto dan data-dataku selama bermain sepakbola, siapa tau diperlukan,” seru Aldi. “Tentu saja perlu, ini akan aku gunakan untuk membuat animasi yang sesungguhnya, karena itu kan baru contohnya,” ucap Dwi. “Kalau data-dataku, belum aku selesaikan, dan masih aku taruh di rumah, besok mungkin baru selesai,” ucap Ade. “Eh, ngomong-ngomong, kita hari ini mau ngapain?” tanya Aldi. “Kita, kali ini akan membahas, nantinya bagaimana cara kita membuat animasi itu ke dalam komputer,” jawab Ade. “Tanya pada bu Citra aja, bagaimana?” seru Dwi. “Ah, jangan dulu, aku tau, pake apa kita harus memasukkannya ke komputer, yaitu, pake scanner,” jawab Aldi. “Iya, aku juga berfikiran seperti itu, tapi bagaimana menggerakkannya, kan kita harus memakai software animasi untuk membuatnya,” ucap Ade. “Oh iya ya, aku lupa,” ucap Aldi. “Nah, maka dari itu, kita tanya aja ke Bu Citra, besok di sekolah, bagaimana teman-teman?” tanya Dwi kepada kedua sahabatnya itu. “Baiklah, besok kita tanyakan kepaada Bu Citra, sekarang kita pulang aja dulu untuk istirahat, ini kan udah sore,” ucap Ade. “Nanti dulu Ah, aku masih pengin disini,” seru Dwi. “Oh iya aku hampir lupa, aku bawa makanan nih,” seru Aldi. “Makanan apa, aku minta dong,” ucap Dwi. “Ini dia, nugget goring special buatanku,” seru Aldi. “Wah makanan kesukaanku, ehm, baunya enak sekali, kamu ternyata pintar masak juga ya,” ucap Dwi. “Ah, kamu bisa aja Dwi,” ucap Aldi dengan nada malu-malu. “Teman-teman, aku pulang dulu ya, karena ada tugas untuk besok,” ucap Ade berpamitan pulang. “Ha, ada tugas, emangnya tugas apa?!” tanya Dwi dan Aldi serentak. “He he he, maksudnya, kata orang jawa kuwi turu gasik,” jawab Ade. “Hem, kamu De, becandanya kelewatan, bikin orang kaget aja,” ucap Dwi. “Ya sudah, aku pulang dulu ya, sampai besok, assalamu’alaikum,” ucap Ade berpamitan untuk pulang. “Ya, wa’alaikumsalam,” jawab Aldi dan Dwi serentak.
        Saat di sekolah, mereka bertiga pun bertanya kepada Bu Citra yang sedang berada di ruang Komputer. “Permisi bu, boleh kami minta waktunya sebentar?” tanya Ade. “Oh, boleh, boleh, memangnya ada apa?” tanya Bu Citra. “Ini Bu,rencananya kan, kita mau buat film animasi yang ceritanya kita ambil dari kehidupan saya dan Aldi sebagai pemain Basket dan pemain Sepakbola, tetapi, kami masih bingung untuk mencari software yang bisa untuk membuat animasi itu, apakah kira-kira Ibu punya softwarenya?” jelas Ade sambil bertanya kembali. “Wah, ide yang bagus, kebetulan, Ibu kemarin habis Workshop di Kabupaten dan disana Ibu dan teman-teman dijelaskan bagaimana cara membuat animasi itu, dan Ibu punya Softwarenya,” jawab Bu Citra. “Bolehkah kita minta softwarenya Bu?” tanya Dwi. “Sangat boleh, ini flasdisknya, kalian bisa kan, menginstalnya sendiri?” tanya Bu Citra kembali. “Oh, bisa Bu, kana da Dwi, si jago TIk,” jawab Aldi. “Ah, kamu Di, bisa aja,” ucap Dwi malu-malu. Saat sedang asyik bercakap-cakap, bel tanda masuk pun berbunyi, “Tet,tet,tet.” “Ya sudah, bel sudah bunyi, kalian masuk kelas gih, nanti telat lagi,” suruh Bu Citra. “Iya Bu, kami akan masuk kelas, dan kami ucapkan terima kasih atas bantuannya,” ucap Ade mewakili teman-temannya. “Iya, sama-sama, jangan lupa, Ibu tunggu lho, filmnya,” seru Bu Citra. “Ok, Bu, permisi,” ucap mereka bertiga serentak.
        Sepulang sekolah, mereka berkumpul di Rumah Dwi, untuk membuat animasi. “Dwi, kita mau buaat animasi yang sedang apa dulu?” tanya Aldi. “Eh, nanti dulu, ceritanya aja belum semua, mau dibuat animasi,” jawab Dwi. “Iya dech, ini ceritanya, aku buat tadi setelah makan siang,” ucap Ade. “Cerita ini dimulai dari kamu atau Aldi?” tanya Dwi. “Ade aja dech, terus, ditengah-tengah, nanti kita tambahkan cerita tentang pertemuan antara aku dengan Ade, dan, diakhir cerita, kita buat kesuksesanyang tergambar diantara kedua atlet itu,” jelas Aldi. “Idemu, bagus juga Di, tumben, kamu pinter,” ucap Ade. “Ye, ngece kamu,” seru Aldi. “Susunan itu, masih sangat sederhana, bagaimana kalau kita buat cerita ini menjadi cerita 3 sahabat yang mempunyai ketrampilan dan presstasi di bidangnya masing-masing, bagaimana?” tanya Dwi. “Wah, itu lebih bagus lagi,” seru Ade. “Sekarang, kita buaaat animasi pertama sedang santai di taman, lalu, bola basket dari Ade terlempar ke taman, dan diambil oleh aku, nah, disitulah awal mereka berkenalan,” jelas Dwi. “Lho, nanti aku bagaimana?” tanya Aldi. “Nanti, kamu ketemu kita berdua saat sedang di sekolah,dan ceritanya kamu itu anak baru yang belum punya teman banyak, dan pada suatu ketika kami bertemu denganmu di kantin sekolah, nah disitulah menjadi tiga teman,” jelas Dwi kembali. “Setuju, setuju!” seru Ade. “Eh, nanti dulu,  masa ceritanya cuma segini?” tanya Aldi. “Aku kan cuma bilang awalnya aja, sekarang tinggal kalian yang bikin cerita sesungguhnya, nanti, tinggal aku buat deh, animasinya,” ucap Dwi. “Ok, baiklah, kita berdua akan membuatnya, tapi, besok jadinya, sekarang kita pulang aja dulu, hari sudah sore, lagian besokjuga ada ulangan elektronika, aku mau belajar, supaya tidak remidi lagi,” jawab Ade. “Ya sudah, kami pamit dulu ya Dwi, assalamu’alaikum?! Ucap mereka berdua serentak. “Wa’alaikumsalam,” jawab Dwi. Aldi dan Ade pun pulang untuk belajar dan beristirahat. Kemudian besoknya mereka berencana untuk menyelesaikan karya mereka di rumah idaman, yaitu rumah pohon.  
       Keesokan harinya, mereka berangkat sekolah. Di sekolah, saat istiraharat mereka pergi ke lab komputer untuk merancang kembali karya mereka. Saat sedang mengerjakannya rancangannya, tiba-tiba Bu Citra dating. “Bagaimana filmnya?” tanya Bu Citra. “Eh, Ibu, ini sedang mengerjakan gambar animasinya,” jawab Dwi. “Oh begitu, coba Ibu lihat,” ucap Bu Citra. “Ya, silahkan Bu,” ucap Dwi dan Ade. “Wah, bagus, kalian kreatif juga ya,” seru Bu Citra. “Terima kasih atas pujiannya Bu,” ucap Bu Citra. “Ya, sama-sama, ya sudah, Ibu mau pergi ke kantor dulu, lanjutkan dan semoga sukses,” ucap Bu Citra. “Oh, ya Bu,” seru mereka bertiga serentak. Hari itu, mereka berhasil menyelesaikan gambar sebanyak 3 season, dan sekaligus ceritanya. “Wah, tinggal 3 seasen lagi  film animasi kita selesai nich,” seru Dwi. “Iya, berarti Sabtu besok sudah selesai dan Seninnya kita tampilkan dech, di kelas,” ucap Ade. “Tapi, kalau hari Senin, kita tampilkan saat Mata Pelajaran apa?” tanya Aldi. “Tenang aja, nanti aku minta izin sama Pak Rudi, pasti boleh, karena kan, ini berkaitan dengan Materi Cerpen dan Drama,” jawab Ade. “Wah, betul juga tuh, nanti pasti kita dapat reward prestasi dech, soalnya kita kan sudah menciptakan sebuah karya film animasi,” ucap Dwi. Saat sedang asyik memikirkan hari Senin, bel pun berbunyi, “Tet..tet..tet. Ade dan dua sahabatnya itu pun langsung membereskan meja dan masuk ke kelas masing-masing.
        Dua hari berlalu, mereka pun berhasil menyelesaikan sebuah karya filmnya. “Wah, akhirnya, selesai juga karya film kita, jadi, besok tinggal kita pamerkan dech, di depan kelas,” seru Dwi. “Iya, Alhamdulillah banget, film kita selesai,” ucap Aldi. “Eh, tunggu dulu, kayaknya ada yang kurang dech, tapi apa ya?” tanya Ade. “Coba aku teliti, eh iya ya, kayaknya ada yang kurang,” ucap Dwi. “Oh iya, kita lupa menambah musiknya, di bagian awal dan akhir!” seru Dwi. “Em, pantesan rasanya hambar kaya ngga ada garamnya,” ucap Ade. “Ya sudah, akan aku tambahkan unsur musiknya,” ucap Dwi. Mereka pun akhirnya menyelesaikan karya film mereka.
        Hari Senin pun tiba, waktunya Ade, Aldi dan Dwi untuk menampilkan karya film mereka pada saat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. “Permisi Pak, kami mau minta izin untuk menampilkan sebuah karya film animasi dari kami, apakah boleh Pak?” tanya Ade. “Oh, boleh-boleh, silahkan, tapi, apakah sudah siap alat-alatnya?” jawab Pak Rudi balik bertanya. “Oh sudah  beres Pak, tinggal kita pasang,” jawab Dwi. Mereka bertiga pun memasang alat-alat keperluan untuk menampilkan sebuah film. Setelah semua siap, mereka pun menampilkan karya film mereka dengan diawali sepatah kata dari Ade. “Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh,” ucap Ade mengawalinya. “Wa’alaikumsalam warahmatullohhi wabarokatuh,” ucap teman-teman menjawab salam. “Pada pagi hari ini, kami akan menampilan sebuah karya film animasi yang menceritakan 3 sahabat yang mempunyai ketrampilan dan bakat masing-masing, dan, selamat menyaksikan,” ucap Ade. Semua yang da di kelas itu pun menyaksikan film tersebut. Mereka menyaksikan dengan wajah yang serius, santai dan bercampur aduk, sesuai dengan jalan ceritanya. Pada akhir cerita, mereka semua bertepuk tangan sangat meriah, karena terkagum-kagum akan film yang dibuat oleh ketiga anak SMP ini. Ade pun menutupnya dengan beberapa patah kata. “Demikian film animasi karya kami, semoga bermanfaat bagi kalian semua dan tentunya menghibur, bila ada kesalahan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, Wasalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh,” ucap Ade. “Wa’alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh, ucap teman-teman menjawab salam. Selesai mereka menampilkan karyanya, dan membereskan peralatan, Pak Rudi pun memberikan komentar positif dari karya mereka. “Wah, film kalian bagus, kalian rupanya berbakat juga jadi sutradara,” ucap Pak Rudi. “Terima kasih Pak, atas pujiannya, Pak,” ucap mereka bertiga serentak. Mereka bertiga pun segera kembali ke tempat duduk. Mereka kembali ke tempat duduk dengan berbangga hati atas keberhasilan karya mereka.
     Sepulang sekolah, mereka pun kembali berkumpul untuk merayakan keberhasilan mereka. “Wah, kita berhasil nih, saatnya kita rayakan keberhasilan kita, tapi, kita rayakan dengan apa?” tanya Dwi. “Tenang aja, aku bawa nugget sama susu kok,” jawab Ade. “Em, uennak, saatnya makan!” seru Aldi. “Eh, tunggu dulu, kita harus berdoa dulu mengucap syukur kepada Alloh SWT yang telah memberikan ini semua kepada kita, tanpa adanya Sang Pencipta, kita tak mungkin bisa seperti ini,” ucap Ade. “Oh iya, aku lupa,” ucap Aldi. Mereka bertiga sangat bangga akan karya yang mereka buat. Mereka juga sadar, kalau sesuatu apapun itu bisa dan mampu kita lakukan asal ada kemauan keras dan tentunya doa dari orang-orang yang sayang kepada kita. Tanpa adanya doa, semuanya mustahil untuk kita dapatkan.